Saat diwawancarai baru-baru ini di dekat markas besar PBB, New York, Putri bercerita bahwa dia diundang bersama anak-anak lainnya dari 20 negara di dunia. Putri mewakili Indonesia untuk berdiskusi dan menyampaikan pengalamannya sebagai aktivis yang peduli dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Selain itu, ia aktif melakukan kampanye soal pencegahan pernikahan dini yang banyak dialami teman-temannya dan di wilayah sekitar tempat tinggalnya.
"Banyak teman saya di kampung pada usia 15 tahun sudah menikah dan mengandung. Saya prihatin karena mereka tak hanya tak diizinkan bersekolah lagi, tetapi juga harus mengurusi bayi dan suaminya. Padahal, dari usia dan kemampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan itu, mereka belum mampu dan siap," ujar Putri.
Anak ketiga dari pasangan Yeni Wahyuni dan Heri Effendi, yang tinggal di Kampung Sepen, Desa Sukasari, Kecamatan Pamengpeuk, Jawa Barat, hadir saat pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Agenda Pembangunan Berkelanjutan Pasca-2015 di markas besar PBB, yang juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan 193 pemimpin dunia.
KTT PBB ini diselenggarakan untuk mengesahkan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) Pasca 2015, yang merupakan pengganti dari tujuan pembangunan milenium (MDGs).
Bahkan, Putri juga bisa bertemu dengan aktris Hollywood, Salma Hayek dan Ratu Rania, serta berdikusi dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Selama di New York, Putri didampingi aktivis organisasi Save The Children, Ratna Yunita, yang selama ini melihat kiprah, kepedulian, dan kekonsistenan Putri mengampanyekan hak-hak bagi penyandang disabilitas dan pencegahan penikahan dini.
"Kami melihat Putri sangat aktif sekali, konsisten, dan berani menyampaikan suaranya sejak SMP sampai sekarang," kata Ratna.